Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Nilai ketidaksempurnaan manusia



Pesantren bagi saya adalah tempat di mana keberagaman etnis dan budaya menyatu dalam satu tempat. Dari Sabang sampai Merauke, bahkan sampai  luar negeri. Pesantren yang sedari dulu  menjadi muara ilmu pengetahuan agama. Biasanya membentuk kader untuk tumbuh dan belajar di bawah satu atap yang sama. Untuk saling merangkul, mengenal dan menghargai satu sama lainnya".

Disana akal dan fisik dididik untuk bisa beradaptasi di berbagai keadaan. Mental di uji, semangat dalam memperdalam nilai-nilai keislaman harus terus dijaga agar rasa cinta akan ilmu terus tersimpan di dalam dada".

Saya pernah mempunyai pola pikir yang sebenarnya agak lain ketika saya tumbuh di pesantren. Bagi saya tempat ini adalah tempat yang sempurna dan hanyak untuk orang yang "sempurna". Kekurangan adalah penghalang untuk bisa menjadi orang yang berbagai bidang keilmuan. Pola pemikiran saya pun terbentuk dengan “Kurang harta bisa di cari, kurang fisik tak bisa di ganti”

Hingga akhirnya semua terbantahkan oleh kenyataan yang saya alami selama di sini. Aku hidup, berdekatan dengan orang “kurang”. Dari dulu, saya sudah punya empati, rasa kasihan kepada mereka. Tapi tidak pernah terbayangkan hidup bersama, sebagaimana dengan orang normal lainnya. Dan ternyata tidak hanya satu, hingga saya lulus dari tempat ini. Tidak kurang tiga orang berhasil menggoyahkan pemikiran saya yang keliru.

Saya awalnya tidak peduli. Oh yasudah, ada teman difabel di asrama saya sekaligus teman sekelas. biarin saja, paling juga tidak akan lama. Benar saja, tidak lama dia mulai sakit-sakitan, sebulan sembuh, sebulan sakit, tapi tetap kembali ke pesantren dan mengejar ketertinggalan pelajarannya. Kenyataan dan takdir berkata lain. Dengan mental baja, semangat tak mengenal menyerah. Dia bertahan hingga wisuda.

Begitu pun dengan dua orang lainya. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Mereka berjuang, melawan arus, berjuang untuk mengatakan. Kami tidak berbeda. Seolah di setiap harinya gaung suara tersebar kelangit-langit dan berbunyi “kami tidak sempurna dimata kalian tapi sempurna di mata tuhan. Saya bisa loh, saya tidak perlu di kasihani loh. Temani saya berkembang. Tapi jangan anggap saya kekurangan”

Hidup mereka penuh dengan kebanggan, girah mereka memaksa setiap orang untuk tidak lagi memandang hanya dengan mata iba, tapi juga dengan mata yang bangga atas segala pencapaian yang ada. Dengan mereka mempunyai peran tersendiri di lingkungan pertemanan yang mereka miliki.

Dari situlah. Pandangan saya  berubah sepenuhnya. Semua orang, baik sempurna atau tidak. Memiliki kesempatan yang sama. Kita tidak hanya hidup bersama dengan etnis, suku dan agama yang berbeda. Saya mulai untuk mengakui mereka. Memandang dengan pandangan yang lebih memanusiakan manusia.

 Sesuai dengan Firman Allah SWT

QS. Al-Hujurat: Ayat 13 (Juz 26)


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ


yâ ayyuhan-nâsu innâ khalaqnâkum min dzakariw wa untsâ wa ja‘alnâkum syu‘ûbaw wa qabâ'ila lita‘ârafû, inna akramakum ‘indallâhi atqâkum, innallâha ‘alîmun khabîr

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.

Post a Comment

0 Comments