Ditemani suara detak jam yang sudah laa hayah wala mamat, tidak ada baterai tapi masih bisa berdetak. Aku ketik perlahan chat di whatsapp ku. Dengan harapan ada yang membalas dan tidak enggan untuk membantu aku yang sudah kesusahan. Sementara itu, jam terus berdetak, Maghrib mau pamit dan isya akan bertamu. deadline pembayaran Jam dua belas, kurang dari lima jam. Di dalam hatiku berujar "Aku sudah berusaha, Aku akan tunggu sampai jam delapan".
Waktu yang ku tentukan sudah terlewat, terpaksa, aku menggunakan kartu truf yang disimpan untuk jaga-jaga di kala darurat dan benar-benar genting. Bos, aku chat si bos yang kebetulan juga sepupu iparku. Dengan berat hati aku meminta izin, untuk diberikan bayaran terlebih dahulu, dari proyek yang aku kerjakan. Malu sungguhan, karena posisinya baru itu aku dapat proyek dari sepupuku yang memang baik ini. Tapi bagaimana lagi, hanya ini harapanku dan bukan berhutang.
Sama seperti semula, aku mengalami fase menunggu lagi. Dag-dig-dug antara takut dan berharap. Rasa tidak enak benar-benar bercampur di dalam dada. dan rasa itu semakin bergejolak ketika pesan wa balasan masuk. perasaan takut kecewa menghantui, sehingga membuatku ragu untuk membuka pesan tersebut, takut untuk melihat notifikasinya. tapi ternyata, kehendak Allah lain. Aa sepupu, meng-Acc dan memperbolehkan untuk aku ambil duluan. (padahal masih proses nunggu revisi).
Tidak sampai setengah jam, aku cek rekening, Masuk sejumlah uang yang tidak aku kira, Allah begitu baik, bayaran yang aku dapat. Lebih dari yang aku kira sebelumnya. Bayaran terbesar yang aku rasakan, dari proyek yang aku selesaikan. Malam itu, aku nggak berhenti bersyukur bersama istri yang memang dari tadi menemani. Dengan semangat aku berseru ke istriku, “Ayo, kita keluar, Melunasi dan ambil uang tunai”.
0 Comments