Malam yang panjang



Malam ini, istri mendadak minta saya pulang lebih awal. Di jam 9.45, saat halaqoh 15 menit lagi selesai. Dia bilang, syein terus menangis. Ia sudah tidur. Kemudian terbangun. Bergegaslah saya merapihkan laptop yang saya bawa ke tempat halaqoh. Dengan hati yang agak cemas. Saya pacu langkah kaki agar cepat sampai rumah. 


Ketika masuk rumah, terlihat istri sedang menggendong jabang bayi dengan raut wajah yang bingung, plus lelah. Syein mendadak terbangun, seperti terkaget, lalu kemudian menangis sejadi-jadinya. Tuturnya. Saya pun langsung berinisiatif langsung menyambar si bayi, menggendongnya, sambil bertanya-tanya kepada istri, memastikan syein tidak apa-apa.


Beberapa menit dalam gendongan. Dia melawan sambil terus menangis, menjerit dan mengeluarkan butiran air mata. Akan tetapi perlahan tangisnya mereda. Matanya menutup rapat. Syein berangsur-angsur tidur. Tapi belum terlelap.


Disela rasa syukur karena syein mulai tidur. Ummah, istri saya. Berseloroh kalau syein sudah kecanduan ketek abinya. Ia tidak kesal, hanya aneh saja. Ketika berpindah tangan, syein bisa tenang dan nyaman tidur di gendongan abinya. Mendengar itu, saya hanya bisa tersenyum lebar. Dan mengira selesai, kami bisa beristirahat. 


Nyatanya, tidak! Ketika saya mulai pegal, syein pun di turunkan, diletakan diatas kasur. Agar bisa tidur lebih nyaman. Pelan-pelan saya turunkan, istri pun membantu untuk turun lebih aman. Eh, tidak di nyana. Syein kembali bangun, dengan mata yang lebih segar!.


Sekarang sudah mau jam dua belas, syein sudah tidur, setelah sebelumnya mengalami hal yang sama lagi, terkaget, bangun lalu menangis. Ummahnya lelah, abinya ngantuk, syein menangis sesenggukan, sampai tidur di pangkuan saya, matanya terpejam, sesegukannya masih tersisa. 

Post a Comment

0 Comments