"Semoga Mawaddah pernikahannya". Ujar ayyun yang berdiri tepat di belakang Al. Dia datang bersama Al dan beberapa orang yang tidak aku kenal. Setelah itu mereka foto-foto di depan. Lalu mereka berdua turun. Dan pengantin duduk kembali. Segera ayyun dan Al menuju tempat dimana aku berdiri melihat mereka. Ya, aku Lazi, datang duluan sebelum mereka. Ketika tamu masih ramai. Dan aku tenggelam dalam keramaian.
.
"Wih, zi. Gimana kabar ?. Sehat kan ?". Tegur Al. Sambil mengangkat tangannya mengajak TOS, sementara ayyun yang berjalan tertinggal di belakang, mengambil prasmanan nikahan.
"Sehat". Aku menjawab singkat dengan senyuman Sudah beberapa tahun aku tidak bertemu dia, di rumah Aman, kami di kumpulkan lagi setelah sekian lama. Kami pun ngobrol, ngalor ngidul, sekedar rekreasi masa lalu hingga si ayyun datang membawa banyak makanan khas nikahan.
"Banyak banget Yun. Nggk takut gemuk, katanya mau diet. Obsetitas loh". Ledek Al sepontan.
"Yaelah, biarin apa, kan setiap hari juga olah raga sama lu. Nanti juga ilang jadi keringet". Jawabnya ketus, sambil memukul manja bahu si Al. Oh iya mereka suami istri. Masih pengantin baru, beberapa bulan lalu mereka menikah. Sayang aku tidak bisa datang karena berhalangan.
.
"Kapan lu nikah zi ?". Sambil mengunyah siomai ayyun bertanya sepontan. Sembari melirikku sebentar. Menaruh piring somaynya dan mengambil es campur.
Mendengar pertanyaannya, waktu terasa terhenti, aku terdiam seribu bahasa. Otakku bekerja keras. Berputar-putar seperti saat Jimmy neutron mendapat Ilham tuk buat sebuah penemuan. Tapi sayang aku tidak menemukan alasan yang tepat untuk menjawab. Akhirnya jawaban klasiklah yang bisa aku berikan.
.
"Belum Nemu jodohnya". Singkat. Dan kemudian diam kembali.
"Lu si, milih-milih. Harus inilah, harus ginilah. Orang tua juga maunya gini lah gitulah. Makannya nggk dapet-dapet lu. Cepetan nikah lu sebelum keilangan rasa kepengen nikah kayak om gua". Ayyun dengan mudahnya ceplas ceplos mengomentari jawabanku.
.
"Diakan orangnya khusus. Jadi maklum atuh kalo susah dapetnya. Kalo belum cocok di hati, dia nggk bakal mau". Al dengan bijak, sedikit membela ku yang cuma bisa tersenyum mendengar celoteh ayyun. Seolah mengamini segala yang mereka berdua bicarakan.
.
Selepas, reouni tipis-tipis. Waktu memisahkan kami. Aku pamit ke tuan rumah dan meninggalkan dua temanku duluan. Sudah cukup lama disana, obrolan nikah sedikit banyak mengguncang dadaku yang tak kunjung bisa menerima rasa.
.
Di parkiran aku hanya bisa merenung. Berdiri sambil bengong. Senyam senyum sendiri, Sedikit mengeluh dan meratapi keadaan. Di hati tuh, rasanya kesal. Kok sepertinya aku mengalami alur yang sama dengan isim maushul Alladzi. Yang tak bisa sempurna bila tak sekufu. Tak bisa hidup berdua bila hati tak saling bertemu. Andai aku seperti mereka yang musytarok, tentu aku kan tidak dengan kehampaan hati yang dingin seperti beku.
.
"Bang dua rebu". Tukang parkir memecahkan lamunanku. Priwitan menggantung di dada, tiba-tiba hilang dan tiba-tiba ada. Benar-benar menempel di Abang parkir ini. Ku keluarkan uang dua ribu, menyalahkan motor dan pergi meninggalkan tempat acara. End.
0 Comments