Ahmad
Tohari, (lahir
di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948; umur 71 tahun) adalah sastrawan dan
budayawan berkebangsaan Indonesia.
Ia menamatkan SMA di Purwokerto.[1] Karya
monumentalnya, Ronggeng Dukuh Paruk, sudah diterbitkan dalam
berbagai bahasa dan diangkat dalam film layar lebar berjudul Sang Penari. Ia pernah
mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu
Politik Universitas Jenderal Soedirman (1975-1976). Tulisan-tulisannya berisi gagasan kebudayaan
dimuat di berbagai media massa. Ia juga menjadi pembicara di berbagai
diskusi/seminar kebudayaan[2].
Proses
kreatif
Dalam dunia
jurnalistik, Ahmad Tohari pernah menjadi staf redaktur harian Merdeka,
majalah Keluarga dan majalah Amanah, semuanya
di Jakarta. Dalam karier
kepengarangannya, penulis yang berlatar kehidupan pesantren ini telah
melahirkan novel dan kumpulan
cerita pendek. Beberapa karya fiksinya antara lain trilogi Ronggeng
Dukuh Paruk telah terbit dalam edisi Jepang, Jerman, Belanda dan Inggris. Tahun 1990
pengarang yang punya hobi mancing ini mengikuti International Writing Programme
di Iowa City, Amerika
Serikat dan memperoleh penghargaan The Fellow of The
University of Iowa.[3]
Ronggeng
Dukuh Paruk, novel
yang diterbitkan tahun 1982 berkisah tentang pergulatan penari tayub di dusun
kecil, Dukuh Paruk pada masa pergolakan komunis. Karyanya ini dianggap ke
kiri-kirian oleh pemerintah Orde Baru, sehingga Tohari diinterogasi selama
berminggu-minggu. Hingga akhirnya Tohari menghubungi sahabatnya Gus Dur, dan
akhirnya terbebas dari intimidasi dan jerat hukum.[4]
Bagian ketiga
trilogi, berjudul Jantera Bianglala, diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris dan cuplikannya dimuat dalam Jurnal Manoa edisi Silenced Voices terbitan
Honolulu University tahun 2000, termasuk bagian yang disensor dan tidak dimuat
dalam edisi bahasa Indonesia.[5]
Trilogi Ronggeng
Dukuh Paruk diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The
Dancer oleh Rene T.A. Lysloff. Trilogi ini juga difilmkan oleh
sutradara Ifa Irfansyah dengan judul Sang Penari (2011). Tohari memberikan apresiasi yang tinggi
terhadap para pembuat film Sang Penari, dan berujar ini akan jadi
dokumentasi visual yang menarik versi rakyat, bukan versi kota sebagaimana
dalam film-film sebelumnya.[6] Pada bulan
Desember 2011, Ahmad Tohari mengungkapkan bahwa dirinya berencana untuk
melanjutkan Triloginya menjadi Tetralogi dengan membuat satu novel lagi.[7]
Penghargaan[sunting | sunting sumber]
- Cerpennya berjudul Jasa-jasa buat Sanwirya mendapat
Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas 1975 yang diselenggarakan Radio
Nederlands Wereldomroep.
- Novelnya Kubah (1980) memenangi
hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1980.
- Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang
Kemukus Dini Hari (1985), Jentera Bianglala (1986)
meraih hadiah Yayasan Buku Utama tahun 1986.
- Novelnya Di Kaki Bukit Cibalak (1986)
menjadi pemenang salah satu hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan
Kesenian Jakarta tahun 1979.[8]
- Pada tahun 1995 Ahmad Tohari
menerima Hadiah Sastra Asean, SEA
Write Award.[1] Sekitar
tahun 2007 Ahmad Tohari menerima Hadiah Sastra Rancage[7]
Karya tulis[sunting | sunting sumber]
- Kubah (novel, 1980)
- Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (diadaptasi
menjadi film
tahun 2011):
- Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
- Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
- Jantera Bianglala (novel, 1986)
- Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
- Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989)
- Bekisar Merah (novel, 1993)
- Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
- Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
- Belantik (novel, 2001)
- Orang Orang Proyek (novel, 2002)
- Rusmi Ingin Pulang (kumpulan
cerpen, 2004)
- Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel
bahasa Jawa, 2006; meraih Hadiah Sastera Rancagé 2007
Karya-karya
Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Edisi bahasa
Inggris Ronggeng
Dukuh Paruk , Lintang Kemukus Dini Hari , Jantera
Bianglala diterbitkan oleh Lontar Foundation dalam
satu buku berjudul The Dancer diterjemahkan oleh Rene T.A.
Lysloff. Pada tahun 2011, trilogi dari novel Ronggeng
Dukuh Paruk diadaptasi menjadi sebuah film fitur yang
berjudul Sang Penari yang
disutradarai Ifa
Isfansyah. Film ini memenangkan 4 Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2011.
Rujukan[sunting | sunting
sumber]
- ^ a b (Indonesia) Eneste,
Pamusuk (2001). Buku pintar sastra Indonesia : biografi
pengarang dan karyanya, majalah sastra, penerbit sastra, penerjemah,
lembaga sastra, daftar hadiah dan penghargaan. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. ISBN 9799251788. halaman 14
- ^ Situs resmi Ahmad Tohari
- ^ Tohari,
Ahmad (1999). Lingkar tanah lingkar air. Yogyakarta:
LKiS. ISBN 9798966562. halaman 145
- ^ Biografi Tokoh Indonesia diakses
pada tanggal 13 Desember 2011
- ^ Mcglynn,
John (2000). Silenced Voices. Honolulu: University of Hawaii
Press. ISBN 0824823214. halaman 265
- ^ Kompas.com 13 November 2011.
Diakses tanggal 13 Desember 2011
- ^ a b [Suara
Merdeka edisi Rabu, 28 Desember 2011, halaman 11]
- ^ Ismail,
Taufiq (2002). Kitab cerita pendek. Jakarta: Horison
Kakilangit. ISBN 9799634245. Teks "editor"
akan diabaikan (bantuan)
0 Comments